Mengingat setitik kenangan beberapa tahun silam,
ketika raga ini ada dalam ruang pengabdian, pengabdian yang khakiki, pengabdian
yang dapat membuahkan apresiasi, prestasi ataupun caci maki. Sebuah sejarah
yang mengingatkan pada jejak pengabdian seorang sahabat yang kini telah tiada
namun roh perjuangannya masih tetap menyala, Engkaulah Sri Suryani.
“Sri, kamu besok ikut aksi bareng teman-teman ya!!!”,
pinta saya kepadanya. “Maaf Kak, saya tidak bisa, saya besok ada urusan”,
jawabnya memberi alasan. “Kalau kamu ga ikut, siapa yang akan mempelopori kaum
perempuan di kampus ini, kamu kan yang paling aktif dan giat hee..”, jawabku
kembali dengan nada memohon seraya bercanda. “Ya lihat aja besok ya Ka”,
tuturnya dengan setengah memberi harapan.
Itulah secarik dialog terakhir sehari sebelum
kepergiannya, yang sampai saat ini masih membekas di ingatan yang sedikit lemah
ini. Sri Suryani, yang akarab dipanggil Sri adalah salah satu pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa STAI Sangatta Kutai Timur pada saat kepengurusan saya,
tepatnya periode 2011-2012. Dia merupakan sosok yang inspiratif bagi
teman-teman yang lain dengan berbagai potensi yang ia miliki. Tidak hanya itu,
dibalik penampilannya yang anggun, paras wajahnya yang cantik dan selalu
menggunakan jilbab menjulur sampai ke bawah dada serta tutur katanya yang sopan
nampaknya juga menunjukkan ia seorang muslim yang taat beribadah. Namun sayang,
sosok itu kini hanya ada dalam sejarah yang tidak tertulis dan mungkin sejarah
itu hanya ada di benak raga yang lemah ini saja.
Kalau mengingat kejadian beberapa tahun lalu, tepatnya
tanggal 28 Oktober 2011, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, rasanya dunia ini menjadi
gelap dan hidup menjadi tangis kesedihan dengan segenggam rasa bersalah yang
membalut kehidupanku. Pada saat itu, saya dan beberapa teman sedang melakukan
aksi dami memperingati Hari Pahlawan. Di bawah terik matahari yang menyengat,
debu-debu kota yang menyesakkan dada, dan pita suara yang hampir putus karena
terlalu semangat mengangkat toa dan menyuarakan suara-suara sumbang penuh
ketulusan, tiba-tiba salah seorang menelpon saya. “Kak…kakk..kak Mukhtar, teman
kita ada yang kecelakaan!!!”, kata seorang teman, namanya Aspiana. “Siapa De
dan di mana kejadiannya?”, tanya saya balik. “Sri Suryani Kak, dia kecelakaan
di pasar teluk lingga!!!”. Mendengar kabar itu, sontak badan saya menjadi lemas
dan keringat deras yang bercucuran berubah menjadi keringat dingin. Tanpa
basa-basi saya langsung meninggalkan tempat orasi untuk melihat kejadian yang
sebenarnya. “Kawan, tolong pegang toa ini, saya mau pergi sebentar”, pinta saya
tanpa memberitahukan kejadian yang sebenarnya. Sesampai di depan pasar teluk
lingga, perasaan hati saya tambah gelisah bercampur sedih yang mendalam karena
melihat kerumunan orang dan tetesan darah di badan jalan. “Pak, siapa yang
kecelakaan dan di mana sekarang orangnya?”, tanya saya kepada salah seorang
dari kerumunan tersebut. “Dua orang perempuan mas, pakai seragam mahasiswa
STAIS kayanya, yang satu parah dan di bawa ke sebuah rumah sakit terdekat”, jawabnya.
Mendengar jawaban tersebut saya langsung tancap gas menuju rumah sakit. Sesampainya
di sana, terlihat sosok perempuan memakai jas Almamater STAIS tergolek di rumah
sakit dengan lumuran darah di bagian kepala yang sedang dirawat. Puluhan orang
kerabat pun berdiri dengan isak tangis yang tiada henti. “Mohon maaf sanak
saudara dan kerabat semuanya, nyawa pasien tidak dapat tertolong lagi”, kata
seorang perawat. “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un”, ucap saya dan sanak
saudara diiringi riuh tangis yang mungkin getarannya melebihi gempa bumi. Tiba-tiba
perasaan sedih yang tersembunyi berubah menjadi linangan air mata yang mungkin
melebihi derasnya hujan badai karena tak sanggup lagi untuk menahannya. “Ya
Allah, kenapa Engkau percepat kepergian sahabatku ini, padahal dia sangat baik,
rajin, dan taat beribadah, teman-teman di sana masih membutuhkan dia”, batinku.
Mungkin seandainya waktu itu saya tidak meminta dia untuk ikut aksi, rasanya
hal tersebut tidak akan terjadi, karena dia kecelakaan saat perjelanan menuju
simpang 4 Jl Yos Sudarso untuk bersama-sama ikut aksi memperingati Hari Sumpah Pemuda dan mungkin juga hari ini sosok Kartini masa kini itu masih berdiri untuk
bersma-sama mewujudkan mimpi, mimpi besar untuk kejayaan negeri.
Sri Suryani-sebuah nama yang menjadi sosok inspirasi
perempuan untuk kemajuan organisasi kampus tercinta ini. Ide-ide kreatifmu
menciptakan perubahan menuju kemajuan, semangat juangmu membangkitkan seribu
kelayuan hati perempuan yang diselimuti rasa takut dan keraguan. Kerja keras
tanpa lelahmu menghasilkan keringat harapan yang penuh kejayaan. Kau lah sosok
kartini masa kini yang inofatif, kreatif dan inspiratif.
Kan ku genggam semangat juangmu sebagai bekal
perubahan, kan ku teruskan ide-ide kreatifmu untuk mencapai sebuah impian, dan
kan ku ingat torehan jasa-jasa mu sepanjang kehidupan.
Selamat jalan Sri Suryani semoga amal ibadahmu
diterima disisi Nya, dan lantunan doa kami kan senantiasa mengiringi kehidupan
baru mu di tempat yang mulia.
No comments:
Post a Comment
Nama:
Eamil: