Tanggal 28 Oktober merupakan tonggak
sejarah awal perjuangan pemuda Indonesia. Sebuah momentum pengakuan dari pemuda-pemudi
Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa
(Indonesia). Dan dari situlah, waktu itu muncul sebuah semangat perjuangan
pemuda Indonesia yang ingin merdeka, terbebas dari penjajahan kaum kolonial.
Kita tahu bersama bahwa kemerdekaan
Indonesia tidak lepas dari peran serta pemuda saat itu yang mengikrarkan
dirinya untuk bersatu padu menyamakan persepsi yakni melepaskan diri dari
kungkungan penjajah. Para pemuda dari berbagai suku/pulau telah membentuk
sebuah komitmen bersama yang dikenal dengan sumpah pemuda. Namun, kini setelah
86 tahun berjalan, sumpah pemuda itu tinggal sisa sisa sejarah yang
dicampakkan. Hal ini bisa dilihat dari kondisi di sekeliling kita, misalnya,
selain minimnya orang untuk memperingati, ketika momentum hari sumpah tiba pun
tidak banyak pemuda yang tahu akan makna dari sumpah pemuda itu sendiri, kalaupun
ada yang memperingati itu pun hanya sebatas seremonial belaka dan tidak
menjadikan momentum tersebut sebagai “kaca benggala” perjuangan. Bahkan yang
sangat miris, peringatan hari sumpah pemuda kalah terkenal daripada hari Valentine,
Halloween, Hari Aids, Ham dan sebagainya, yang notabenenya hari tersebut merupakan
produk barat. Kita juga tidak bisa menafikkan lagi bahwa generasi muda bangsa ini
lebih menyukai perayaan-perayaan hari besar produk barat yang dalam konteks
perayaannya lebih cenderung kepada nuansa hedonisme belaka.
Kalau sudah demikian, lantas apakah
semangat sumpah pemuda yang dulu dikobarkan masih sanggup mengawal/menjaga mentalitas
generasi penerus bangsa? Masihkah semangat sumpah pemuda menjelma dalam
kekuatan besar yang menggetarkan dunia? Dan apa yang harus kita lakukan untuk
memperbaiki mental-mental yang jauh dari semangat sumpah pemuda tersebut?
Momentum tanggal 28 Okotber inilah
hendaknya menjadi gerakan baru dalam merefleksi jejak-jejak perjuangan para
pemuda. Dan momen ini pula perlu menjadi starting poin bagi kita bersama disaat
bangsa ini mendapatkan pemimpin baru, pemerintahan baru dengan plat form “revolusi mental” nya. Sebuah
momentum yang tepat dan awalan yang bagus seandainya pemerintahan baru tersebut
mengawali gerakan revolusi mental, mengingat karakter para generasi muda perlu
mendapatkan perhatian serius agar kelak menjadi generasi yang berkarakter dan
tangguh. Generasi muda yang tidak lagi mengikuti jejak-jejak para koruptor,
generasi muda yang tidak lagi mengikuti jejak-jejak diktator, dan menjadi
generasi yang menghayati makna bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahsa
satu (Indonesia).
Satu hal yang mesti kita ingat, bahwa
sumpah pemuda merupakan bukti nyata
kelahiran bangsa Indonesia, sekaligus lambang perlawanan terhadap kaum kolonial
yang telah memonopoli seluruh sektor kehidupan bangsa Indonesia. Jika dari masa sulit itu kita dapat
bebas dengan semangat sumpah pemuda, kita pun harus yakin
permasalahan bangsa kita saat ini pun
tidaklah mustahil untuk kita selesaikan dengan membangkitkan kembali semangat
sumpah pemuda itu sendiri. Di saat kondisi bangsa yang
sedang dikepung oleh berbagai radikalisme agama, aliran ekonomi liberal,
karakter anak bangsa yang lebih menyukai budaya barat dan sebagainya, momentum
sumpah pemuda perlu dijadikan langkah untuk melakukan terobosan agar terbebas
dari budaya dan pengaruh asing yang menghegemoni. Peringatan sumpah pemuda yang
biasanya hanya diperingati dengan upacara dan perlombaan-perlombaan saja, kali
ini perlu diperingati dengan cara baru yang lebih menekankan pemuda untuk
bersama-sama melakukan terobosan dalam membangun karakter bangsa yang tangguh
dan mampu menjadi bangsa yang mandiri.
No comments:
Post a Comment
Nama:
Eamil: