UPAYA MEMBUMIKAN
SEJARAH DAN NASIONALISME MELALUI HARI KEMERDEKAAN
17 Agustus adalah sebuah hari yang sangat bermakna dan
bersejarah bagi bangsa Indonesia. Di mana pada hari tersebut bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaannya dari bentuk penjajahan kolonialisme dan imprealisme
yang telah berabad-abad menjajah bumi pertiwi. Pada hari itu tepatnya 17
Agustus 1945 Soekarno dan Moh. Hatta memproklamirkan kemerdekaannya di hadapan
seluruh masyarakat Indonesia bahkan di hadapan dunia. Tidak ayal memang
kalau pada momen Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia, hampir di seluruh
penjuru negri memperingati dengan upacara bendera dan perlombaan-perlombaan
untuk memeriahkannya.
Hal tersebut juga dilakukan dengan
cara-cara yang unik, entah itu untuk memunculkan eksistensi golongan/memang
bagian dari nasionalisme dalam bentuk lain, misalnya dengan mengibarkan bendera
di puncak gunung, lapangan, bawah laut dsb.
Dengan momentum
HUT RI diharapakan dapat mengingatkan kembali tentang sejarah perjuangan bangsa
Indon esia dan memunculkan rasa nasionalisme tersendiri bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Namun sayangnya dari tahun ke tahun peringatan HUT RI seolah hanya
menjadi seremonial rutinitas yang kurang memberikan efek signifikan terhadap
pengenalan sejarah maupun membangkitkan rasa nasionalisme anak bangsa. Hal
tersebut akhirnya memunculkan pertanyaan terhadap titik tekan momen 17
Agustus, apakah hal itu dilakukan hanya untuk sekedar memperingati, mengenalkan
sejarah atau membangkitkan rasa nasionalisme bagi generasi bangsa?
Memang bukan hal
yang salah apa yang dilakukan dalam peringatan HUT RI sampai sejauh ini, namun
menurut penulis apa yang sudah membudaya rutinitas dalam momen kemerdekaan
perlu adanya sebuah terobosan baru agar momen 17 Agustus 45 betul-betul mampu
membumikan sejarah dan rasa nasioanlisme dalam darah daging generasi bangsa.
Karena rutinitas yang selama ini ada menurut penulis belum sepenuhnya mampu
mengenalkan sejarah maupun membangkitkan rasa nasionalisme para anak bangsa,
padahal sejarah dan nasionalisme satu hal yang tidak bisa dipisahkan dan
menjadi bagian dari proses terhadap kemajuan suatu bangsa. Saking pentingnya
sebuah sejarah, S oekarno pernah mengatakan “JAS MERAH” (jangan melupakan
sejarah). Rosulullah saw juga mengingatkan betapa pentingnya untuk mengingat
sejarah. Rosulullah saw bersabda yang artinya
Dari Abu Qotadah r.a, sesungguhnya
Rosulululloh SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab : “Hari
Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai diturunkannya
wahyu”. (HR Muslim).
Berdasarkan hadis
tersebut, Rosulullah saw melakukan puasa setiap hari senin guna memperingati
hari lahirnya. Hal ini tentu menjadi tanda betapa pentingnya sebuah sejarah
untuk diperingati. Rasulullah saw juga menganjurkan umatnya
untuk berpuasa di hari 10 bulan Muharram (asyuro’) untuk memeringati kemenangan
Nabi Musa as atas raja Fir’aun. Sebagai sebuah contoh hadits yang diriwayatkan Abdullah
bin Abbas radiyallahu ‘anhu (Shahih Bukhari No 1900), yang artinya:
“Tatkala Nabi Shallallahu’alaihi wasallam
datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari
‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”.
Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah
selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada
hari ini. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih berhak
mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu
dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”. (HR Al Bukhari).
Dengan mengenal
sejarah secara benar dan mengakar nantinya akan menumbuhkan motivasi dan rasa
nasionalisme yang akan berbanding lurus dengan pembangunan Indonesia ke depan.
Untuk mewujudkan semua itu, tentunya HUT RI menjadi waktu yang tepat untuk
mengenalkan sejarah dan membangkitkan rasa nasionalisme. Momen 17 Agustus
tentunya perlu diperingati bukan hanya dengan upacara bendera dan hanya
perlombaan, melainkan dengan sebuah kegiatan yang mampu menggerakkan seluruh
masyarakat agar dapat ikut berpartisipasi yang memberikan efek nyata terhadap
pembangunan. Tentu banyak cara agar seluruh masyarakat tahu tentang beratnya
perjuangan dan tahu akan tanggungjawabnya sebagai warga Negara, misalnya
pemerintah menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk mengikuti upacara
bendera melalui perangkat-perangkat pemerintahan. Hal lain yang bisa dilakukan
adalah pemerintah perlu menyerukan kepada rakyatnya mulai dari lapisan paling
bawah misalnya RT sampai Presiden melakukan gerakan serentak turun ke bawah
bersama sama masyarakat melakukan kerja bakti bersih desa atau sejenisnya.
Upaya yang lebih maksimal dapat juga dilakukan dengan merekonstruksi budaya-budaya
sosial kemasyarakatan yang mulai hilang, misalnya gotong royong. Dalam upaya
penanaman sejarah ke generasi muda, pemerintah melalui dinas pendidikan
melakukan gerakan serentak pengajaran sejarah, baik secara formal maupun
informal, misalnya dengan cara pemutaran film sejarah, dongeng, cerita,
dilanjutkan himbauan doa serentak untuk bangsa dan para pahlawan dsb.
Dengan cara
tersebut, menurut penulis substansi dari peringatan hari kemerdekaan akan lebih
mengena dan mengakar. Selain dengan upacara bendera, kegiatan-kegiatan secara
praktis di lapangan akan sangat memberikan dampak terhadap jiwa nasionalisme
dan pembangunan secara nyata dari pada peringatan hari kemerdekaan yang
sebelumnya. Hal ini bisa dilakukan demi upaya membumikan sejarah dan nasionalisme
pada urat nadi generasi bangsa demi mempertahankan kemerdekaan dan melanjutkan
pembangunan. Majulah Bangsaku, Jayalah Indonesiaku.!!!
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete