Sehelai Harapan Yang Hilang (3) - PERANTAU

Breaking

 


Friday, May 8, 2015

Sehelai Harapan Yang Hilang (3)

perasaan yang Ali sediri tidak tahu namanya, yang jelas hidup akan menjadi indah dan seimbang ketika berdampingan dengan dia, lamun Ali. Dengan perasaan tersebut, kemudian Ali memberanikan diri untuk sering berkomunikasi dengan sang dambaan, hingga akhirnya sampai pada komunikasi privasi dan keterbukaan diri, untuk mengenal karakter satu sama lain. Dengan berjalannya waktu, pada suatu hari ada sebuah pesan walaupun disampaikan dalam format semi bercanda, namun Ali menangkap itu pesan serius

yang menguji nyalinya. “Silahkan datang aja ke Mama saya he…” itu bunyi pesan yang dismpaikan melalui SMS. Seketika melihat pesan tersebut, hati Ali sangat senang dan sedikit gelisah. “ini beneran ga ya, tapi apa pun itu, saya harus beranikan diri bahwa ini mudah-mudahan serius”, gumam Ali.

Waktu pun berganti, keesokan harinya Ali menelepon orang tua. “Pak mohon maaf seandainya saya melamar orang yang saya cintai namun rumahnya jauh dan kultur agamanya sedikit berbeda dengan kita, menurut Bapak bagaimana?”, tanya Ali. “Semua itu tergantung kamu Nak, kami percayakan semuanya kepada mu, Bapak yakin kamu bisa melakukan yang terbaik, Bapak dan Ibu hanya bisa berdoa, mudah-mudahan itu jodoh pilihan terbaik, namun pesan Bapak dan Ibu untuk kamu nak, cari istri yang seagama, rajin sholat & pesan Bapak satu lagi nak, suami adalah imam dalam keluarga, maka jadilah imam yang baik untuk istri dan keluargamu kelak”, jawab Bapak Ali melalui telpon seluler.

Ibarat pepatah “Gayung bersambut, atau pucuk dicinta ulam tiba”, mungkin itulah pepatah yang tepat untuk Ali, yang hatinya berbunga-bunga setelah mendapatkan ijin dari orang tua. Tidak lama setelah mendapat ijin dari orang tua, kemudian Ali melakukan sholat istikharoh dalam beberapa hari untuk minta petunjuk. “Saya harus minta petunjuk sama Allah, bukannya saya tidak yakin akan hal ini, tapi saya belum mampu kalau untuk menikah cepat karena belum ada materi, tidak mungkin saya merepotkan orang tua untuk urusan saya sendiri, seandainya Allah mengijinkan, saya akan pinang dia, setengah tahun kemudian saya akan melangsungkan pernikahan”, batin Ali sembari berharap.

Har-hari pun berganti, di malam ataupun siang hari Ali senantiasa...bersambung


No comments:

Post a Comment

Nama:
Eamil: