Membangun Gerakan Positif Jejaring Sosial - PERANTAU

Breaking

 


Friday, January 30, 2015

Membangun Gerakan Positif Jejaring Sosial

Ilustrasi:http://kvltmagz.com
Berbicara jejaring sosial, tentu yang sangat familiar adalah facebook/twitter. Hampir semua orang mulai dari anak-anak hingga dewasa, bahkan sebagian mendekati usia lanjut menggunakan jejaring sosial seperti halnya facebook dan twitter. Banyak beragam motif yang mengantarkan manusia menggunakan jejaring sosial tersebut, misalnya menjadi ajang silaturahim, curhat, bisnis, gerakan sosial dan sebagainya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi akan berdampak pula pada pergeseran tingkah laku manusia itu sendiri. Seirama dengan itu, teori determinisme teknologi yang dicetuskan oleh Marshall McLuhan pada tahun 1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man, bahwa teknologi membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia. Dasar teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri.

Hal ini bisa dilihat dari realita sekarang, misalnya saja dulu seseorang konsultasi keagamaan kepada seorang kiyai, kini berubah ke jejaring social, dulu suka curhat kepada teman, saat ini kita beralih ke facebook dan sebagainya. Seandainya kita tidak peka, sebagian dari kita lupa bahwa dengan jejaring sosial tersebut dapat “memasung” kita untuk menjadi orang yang individualis dan tidak peduli dengan semua. (Mungkin ada yang berargumen ketika orang up date status “badan terasa sakit/galau, sedih dsb, kemudian ada yang mengomentari “sabar ya”, banyak istrihat y, itu hanya ujian” dsb itu bagian dari kepedulian sosial). Menurut penulis, agurmen itu sah-sah saja, namun itu argument yang kurang tepat, bahkan bisa menjadi boomerang menuju kemunafikan seseorang, yang kelihatannya baik/peduli di jejaring sosial, namun pada akhirnya ketika kita kenal secara langsung ternyata berbeda.

Memang sejak merebaknya jejaring sosial, sebagian orang cenderung asyik dengan uploud photo yang mungkin dapat “menakuti hantu” dan pasang status,”Q Galau”, “Kecewa”, “Panas”, “Kenapa kamu berubah”, dan sebagainya. Bahkan yang lebih mengherankan, ketika orang pasang status sedih, malah banyak yang menyukainya. Inilah realitas yang kita hadapi saat ini, semua orang khusunya pemuda sebagai generasi bangsa (agen perubahan) telah larut “diperbudak” oleh jejaring sosial untuk sibuk update status dan pasang poto yang semua tidak akan tahu sampai mana ujung dan tujuannya.

Coba saja seandainya para pengguna jejaring sosial sadar dan kompak akan manfaat yang lebih besar, yakni selain sebagai media silaturahim dan promosi, tapi juga dapat menjadi media sarana gerakan sosial, niscaya apa yang menjadi fitrah manusia sebagai makhluk sosial tercapai. Lihat saja misalnya Mesir, sebuah Negara yang tangguh bisa melakukan revolusi besar berawal dari gerakan sosial melalui jejaring sosial. Semua juga tentunya masih ingat akan kasus cicak dan buaya (KPK vs POLRI) dan gerakan koin untuk Prita yang akhirnya mengemuka gara-gara gerakan sosial melalui jejaring sosial, dan tentunya banyak contoh-contoh gerakan positif yang dapat dilakukan melalui jejaring sosial lainnya.

Seandainya saja semua orang berfikir menggunakan facebook sebagai sarana gerakan sosial juga, alangkah indahnya negeri ini. Misalnya saja ketika pemerintah baik pusat maupun daerah mengeluarkan kebijakan yang tidak pro rakyat, maka masyarakat bisa bersama-sama untuk melakukan kontrol melalui jejaring sosial dengan banyak cara, misalnya konsolidasi dengan teman di face book, membubuhkan tanda like pada sebuah gerakan sosial yang diprakarsai oleh orang lain, atau bahkan hanya dengan pasang status galau, kecewa dsb dengan adanya kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Tentu ini hal yang mudah (sama-sama pasang status hanya beda muatan pesan), jika semua pengguna facebook sadar akan manfaat dari gerakan kecil tersebut dan semua juga akan melihat hasil dari gerakan sosial tersebut seperti halnya kasus Mesir dsb. 
tulisan ini pernah diterbitkan di kolom opini media cetak Kaltim Post dengan judul "Gerakan Bermanfaat Untuk Jejaring Sosial"

1 comment:

  1. Membangun jaringan positif dengan menjadi penulis yang tidak hanya mengupdate status keluhan, mungkin itu lebih baik!

    ReplyDelete

Nama:
Eamil: