Sosok Kartini Masa Kini Yang Telah Pergi: Oleh-Oleh dari Sebuah Pengabdian - PERANTAU

Breaking

 


Wednesday, October 15, 2014

Sosok Kartini Masa Kini Yang Telah Pergi: Oleh-Oleh dari Sebuah Pengabdian

Mengingat setitik kenangan beberapa tahun silam, ketika raga ini ada dalam ruang pengabdian, pengabdian yang khakiki, pengabdian yang dapat membuahkan apresiasi, prestasi ataupun caci maki. Sebuah sejarah yang mengingatkan pada jejak pengabdian seorang sahabat yang kini telah tiada namun roh perjuangannya masih tetap menyala, Engkaulah Sri Suryani.

“Sri, kamu besok ikut aksi bareng teman-teman ya!!!”, pinta saya kepadanya. “Maaf Kak, saya tidak bisa, saya besok ada urusan”, jawabnya memberi alasan. “Kalau kamu ga ikut, siapa yang akan mempelopori kaum perempuan di kampus ini, kamu kan yang paling aktif dan giat hee..”, jawabku kembali dengan nada memohon seraya bercanda. “Ya lihat aja besok ya Ka”, tuturnya dengan setengah memberi harapan.

Itulah secarik dialog terakhir sehari sebelum kepergiannya, yang sampai saat ini masih membekas di ingatan yang sedikit lemah ini. Sri Suryani, yang akarab dipanggil Sri adalah salah satu pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa STAI Sangatta Kutai Timur pada saat kepengurusan saya, tepatnya periode 2011-2012. Dia merupakan sosok yang inspiratif bagi teman-teman yang lain dengan berbagai potensi yang ia miliki. Tidak hanya itu, dibalik penampilannya yang anggun, paras wajahnya yang cantik dan selalu menggunakan jilbab menjulur sampai ke bawah dada serta tutur katanya yang sopan nampaknya juga menunjukkan ia seorang muslim yang taat beribadah. Namun sayang, sosok itu kini hanya ada dalam sejarah yang tidak tertulis dan mungkin sejarah itu hanya ada di benak raga yang lemah ini saja.

Kalau mengingat kejadian beberapa tahun lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2011, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, rasanya dunia ini menjadi gelap dan hidup menjadi tangis kesedihan dengan segenggam rasa bersalah yang membalut kehidupanku. Pada saat itu, saya dan beberapa teman sedang melakukan aksi dami memperingati Hari Pahlawan. Di bawah terik matahari yang menyengat, debu-debu kota yang menyesakkan dada, dan pita suara yang hampir putus karena terlalu semangat mengangkat toa dan menyuarakan suara-suara sumbang penuh ketulusan, tiba-tiba salah seorang menelpon saya. “Kak…kakk..kak Mukhtar, teman kita ada yang kecelakaan!!!”, kata seorang teman, namanya Aspiana. “Siapa De dan di mana kejadiannya?”, tanya saya balik. “Sri Suryani Kak, dia kecelakaan di pasar teluk lingga!!!”. Mendengar kabar itu, sontak badan saya menjadi lemas dan keringat deras yang bercucuran berubah menjadi keringat dingin. Tanpa basa-basi saya langsung meninggalkan tempat orasi untuk melihat kejadian yang sebenarnya. “Kawan, tolong pegang toa ini, saya mau pergi sebentar”, pinta saya tanpa memberitahukan kejadian yang sebenarnya. Sesampai di depan pasar teluk lingga, perasaan hati saya tambah gelisah bercampur sedih yang mendalam karena melihat kerumunan orang dan tetesan darah di badan jalan. “Pak, siapa yang kecelakaan dan di mana sekarang orangnya?”, tanya saya kepada salah seorang dari kerumunan tersebut. “Dua orang perempuan mas, pakai seragam mahasiswa STAIS kayanya, yang satu parah dan di bawa ke sebuah rumah sakit terdekat”, jawabnya. Mendengar jawaban tersebut saya langsung tancap gas menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, terlihat sosok perempuan memakai jas Almamater STAIS tergolek di rumah sakit dengan lumuran darah di bagian kepala yang sedang dirawat. Puluhan orang kerabat pun berdiri dengan isak tangis yang tiada henti. “Mohon maaf sanak saudara dan kerabat semuanya, nyawa pasien tidak dapat tertolong lagi”, kata seorang perawat. “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un”, ucap saya dan sanak saudara diiringi riuh tangis yang mungkin getarannya melebihi gempa bumi. Tiba-tiba perasaan sedih yang tersembunyi berubah menjadi linangan air mata yang mungkin melebihi derasnya hujan badai karena tak sanggup lagi untuk menahannya. “Ya Allah, kenapa Engkau percepat kepergian sahabatku ini, padahal dia sangat baik, rajin, dan taat beribadah, teman-teman di sana masih membutuhkan dia”, batinku. Mungkin seandainya waktu itu saya tidak meminta dia untuk ikut aksi, rasanya hal tersebut tidak akan terjadi, karena dia kecelakaan saat perjelanan menuju simpang 4 Jl Yos Sudarso untuk bersama-sama ikut aksi memperingati Hari Sumpah Pemuda dan mungkin juga hari ini sosok Kartini masa kini itu masih berdiri untuk bersma-sama mewujudkan mimpi, mimpi besar untuk kejayaan negeri.

Sri Suryani-sebuah nama yang menjadi sosok inspirasi perempuan untuk kemajuan organisasi kampus tercinta ini. Ide-ide kreatifmu menciptakan perubahan menuju kemajuan, semangat juangmu membangkitkan seribu kelayuan hati perempuan yang diselimuti rasa takut dan keraguan. Kerja keras tanpa lelahmu menghasilkan keringat harapan yang penuh kejayaan. Kau lah sosok kartini masa kini yang inofatif, kreatif dan inspiratif.
Kan ku genggam semangat juangmu sebagai bekal perubahan, kan ku teruskan ide-ide kreatifmu untuk mencapai sebuah impian, dan kan ku ingat torehan jasa-jasa mu sepanjang kehidupan.

Selamat jalan Sri Suryani semoga amal ibadahmu diterima disisi Nya, dan lantunan doa kami kan senantiasa mengiringi kehidupan baru mu di tempat yang mulia.

No comments:

Post a Comment

Nama:
Eamil: