Pentingnya Pendidikan Politik Sejak Dini - PERANTAU

Breaking

 


Thursday, March 27, 2014

Pentingnya Pendidikan Politik Sejak Dini

Genderang pesta demokrasi mulai terlihat, di mana para partai politik maupun calon anggota legislativ mulai gencar-gencarnya melakukan upaya demi tercapainya tujuan dan impiannya. Tidak ketinggalan juga mulai dari rakyat biasa, pengusaha, bahkan kaum akademisi ikut mengerahkan tenaganya untuk memenagkan calon yang didukungnya. Tidak ayal jika segala kekuatan dan dengan cara apaun dilakukan demi mencapai tujunnya, mulai dari yang bersih hingga cara-cara yang kotor.



Seperti kita ketahui bersama isu-isu tentang black kampanye, money politik dan cara-cara kotor lainnya sering terdengar baik secara langsung maupun melalui media massa, dan anehnya pula, hal serupa sering terjadi dan seolah tidak bisa hilang di setiap “pesta demokrasi” bangsa ini.
Bukan sebuah hal baru ketika momen pesta demokrasi (pemilu/pemilukada) berlangsung, pasti selalu terdengar cara-cara kotor mulai bekerja, namun hal ini hendaknya tidak menjadikan surut bagi penyelenggara pemilu untuk mewujudkan pemilu yang betul-betul demokratis dan bersih. Hal ini perlu terus dilakukan mengingat pemilu bersih dan transparan menjadi idaman semua orang dan cita-cita pembangunan hidup yang demokratis, salah satunya cara lain yang perlu dilakukan adalah memperkenalkan politik sejak dini kepada generasi bangsa berikutnya.
Hal ini perlu dilakukan mengingat dari tahun ke tahun politik kotor yang diakibatkan oleh moralitas dan mental yang lemah selalu ada, dan menurut penulis, salah satu cara efektif untuk mencegah terjadinya politik kotor adalah melalui pendidikan politik sejak dini. Cara ini diyakini akan memberikan dampak positif sangat besar bagi generasi penerus bangsa.
Ini erat kaitannya pula dengan fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang tidak hanya sekedar untuk memberikan berbagai pengalaman belajar seperti pendidikan pada orang dewasa, tetapi juga berfungsi mengoptimalkan perkembangan kapabilitas kecerdasannya. Pendidikan di sini hendaknya diartikan secara luas mencakup seluruh proses stimulasi psikososial yang tidak terbatas pada proses pembelajaran yang dilakukan secara klasikal. Artinya pendidikan dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja.
Kalau kita lihat laporan hasil analisis dari Tim Education for All pada tahun 2001 menyadarkan kita bahwa masih banyak anak-anak yang berusia dini (0-8 tahun) yang belum terlayani pendidikannya. Dari data tahun 2000 dari sekitar 26 juta anak usia 0-8 tahun lebih dari 80% belum mendapatkan layanan pendidikan dini apapun.
Sementara kondisi yang ada pada negara-negara maju konsep pembangunan sumber daya manusia telah mereka lakukan sejak masa usia dini, seperti di Singapura dan Korea Selatan hampir seluruh anak usia dini telah dilayani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bahkan di negara Malaysia yang dulunya belajar di Indonesia sekarang ini pelayanan PAUD sudah mencakup 70%.
Dari data yang ada, pendidikan politik secara dini diharapkan mampu memberikan pembelajaran generasi penerus bangsa yang mengikuti pelatihan tata cara berparlemen dan bisa mengembangkan bakat, kemamupuan diri secara benar dan tepat. Selain itu melalui pelatihan tersebut para anak yang berusia antara 7-15 tahun tahu bagaimana caranya untuk menyatakan pendapat di muka umum dan lain sebagainya.
Adapun, hal lain yang juga diperoleh anak-anak dengan pendidikan politik sejak dini adalah mereka akan paham bagaimana tidak bersikap curang. Seorang politikus sejati, harus mampu mengimplementasikan sikap-sikap politiknya tanpa harus merugikan pihak lain meskipun tujuannya tetap harus tercapai.

Hal terpenting yang harus diberikan kepada anak-anak terkait pendidikan berpolitik itu sendiri adalah tentang sikap mental dan moral. Misalnya dalam lingkungan, dia harus bisa peduli pada lingkungannya. Dia harus bisa memberi pertolongan bagi yang membutuhkan, berlaku adil, jujur dalam bertindak, arif dalam menerima pendapat dan sebagainya. Pendidikan politik yang dikenalkan sejak dini dan selalu dipupuk dengan baik melalui pembiasaan-pembiasaan dan tauladan, nantinya akan sangat mungkin ketika anak tersebut besar tetap mempunyai sifat-sifat arif, jujur, dan moral serta mental yang baik, yang akhirnya ketika mereka besar kelak dan menjadi politikus maka akan mejadi politikus yang bermental kuat dan bermoral baik, yang secara tidak langsung akan mengurangi cara-cara kotor dlam demokrasi. **Mukhtar 

Telah terbit di Kaltim Post

1 comment:

Nama:
Eamil: