ANTARA EMANSIPASI DAN KESETARAAN GENDER - PERANTAU

Breaking

 


Friday, September 3, 2010

ANTARA EMANSIPASI DAN KESETARAAN GENDER

Tanggal 21 April merupakan hari atau momen yang ditunggu-tunggu oleh para kaum wanita khususnya, karena pada tanggal tersebut merupakan peringatan hari Kartini. Kartini merupakan seorang pahlawan emansipasi wanita yang sangat gigih dalam memperjuangkan hak-hak wannita. Pada peringatan hari Kartini tersebut, banyak kalangan pelajar khususnya di tingkat sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan lain sebagainya menggunakan pakaian kebaya atau baju-baju daerah yang melambangkan perbedaan, namun tetap satu, yang menggambarkan nilai-nilai perjuangan yang telah dirintis oleh Kartini. Dalam perjuangannya, Kartini menanamkan makna-makna perjuangan, kesetaraan, nasionalisme, pendidikan dan pengetahuan yang tinggi, yang seharusnya menjadi tonggak untuk membangkitkan semangat generasi muda, khususnya kaum perempuan.


Dari satu sisi memang kaum perempuan mulai gencar untuk menyuarakan kesetaraan gender, yang menuntut bahwa perempuan mempunyai hak yang sama untuk berkiprah mengisi kemerdekaan seperti halnya laki-laki. Mereka merasa bahwa perempuan tidak hanya berkiprah di dapur, sumur atau kasur, melainkan bisa berkiprah di dunia politik, bisnis dan sebagainya. Seiring berkembangnya zaman, memang saat ini banyak terlihat kaum perempuan mulai mengisi panggung politik, seperti menjadi bupati, anggota dewan dan sebagainya, yang menandakan bahawa kaum perempuan mulai terangkat derajatnya.
Namun di sisi lain, banyak kaum perempuan yang tidak konsisten dengan parau-parau yang disuarakannya (menuntut kesamaan derajat). Mereka merasa bahwa derajat perempuan akan terlihat tinggi hanya apabila mereka mampu bersaing dengan laki-laki. Tapi sebenarnya mereka lupa bahwa tingginya derajat perempuan tidak hanya terletak pada kemampuan keilmuan, tapi juga terletak pada keanggunan penampilan. Banyak kaum perempuan mulai dari yang tua,dewasa dan remaja, saat ini dengan bangganya memakai pakaian-pakaian yang menonjolkan lekak-lekuk bentuk tubuhnya. Mereka merasa nyaman berpakaian dengan memperlihatkan sebagian ‘auratnya dan mereka merasa asyik berpenampilan yang mengundang hasrat lawan jenisnya. Apakah hal sepeti ini tidak merendahkan derajatnya sendiri sebagai seorang wanita? Dengan seperti ini apakah pantas perempuan mendapatkan kesetaaraan gender (persamaan hak atau derajat)? Apakah emansipasi seperti inilah yang didinginkan Kartini?
Hendaknya inilah yang menjadi PR besar bagi kaum perempuan. Dengan makin banyaknya kaum perempuan yang memakai pakaian dengan mengumbar auratnya, apakah hal ini ke depannya tidak akan merusak dan menurunkan moral bangsa kita. Harusnya momen peringatan hari Kartini ini dijadikan sebagai momen untuk merubah pola hidup sebagian kaum perempuan yang suka berpakaian fulgar, disamping juga momen untuk refleksi semangat juang Kartini. Hendaknya melalui menteri peranan wanita atau pemberdayaan perempuan perlu menyampaikan dan menggalakkan bahwa tingginya derajat perempuan tidak hanya terletak pada tingginya pengetahuan atau kemampuan, tetapi juga pada keanggunan penampilan. Mudah-mudahan hari Kartini ke depan menjadi hari Kartini yang mampu membangkitkan semangat juang dan nasionalisme serta membawa perbaikan moral bangsa.

No comments:

Post a Comment

Nama:
Eamil: